Who
Ustadz telah mengucapkan kedua salam, itu pertanda shalat maghrib
telah usai. Aku dan sabilla memutuskan untuk tetap berdiam diri di masjid ini
menunggu adzan isya’ dikumandangkan. Entah mengapa sel saraf mengirim stimulus
ke otakku bahwa kantong kemih ku telah penuh. Aku segerakan mengajak sabilla
teman sekamarku di kamar-2 DarKhom kependekan dari Darul hijroh Khomisah untuk
menemaniku ke toilet. Namun ia menolaknya, aku dan sabilla saling tarik-menarik
dan segera terhenti seketika suara itu
memanggil kearah kita dengan panggilan pink. Pada saat itu aku
mengenakan Tholhah berwarna pink, aku hiraukan antara yakin dan tidak semoga
bukan aku yang dimaksud oleh suara itu. Dalam hatiku bertanya-tanya siapa suara
yang memanggil hingga berulang-ulang,namun aku tidak mengenali suaranya. Itulah
sebabnya kita masih
membelakangi sumber suara itu. Aku yang masih trauma dengan kaka kelas yang
tidak aku kenal melabrakku pada malam sebelumnya. Sabilla pun menegurku untuk
segera menoleh kearah sumber suara itu, Dengan raut yang cemas aku paksakan
sandi putar di leherku ini untuk nenoleh kebelakang. Aku mendapati dua orang
kakak kelas dengan wajah tersenyum kepadaku, ku susul dengan lontaran pertanyaan
reflex
“aku kak?”
“iya, nama mu siapa?” ucap kakak kelas yang
menyandarkan ruas tulang belakangnya
terhadap salah satu tiang masjid ini.
“filzah kak” jawabku.
“siapa? Filzah? Lanjutnya.
“iya ka” jawabku.
“yaudah makasi ya”ucap kaka kelas itu.
“ya!” tutupku dengan nada flat.
Aku segerakan langkah kaki ini
melesat menuju lorong toilet yang berderet di bangunan darul hijroh lima lebih
tepatnya lagi di depan kamar ustadzah DarKhom. Sabilla yang kini masih
menantiku buang air kecil duduk di depan kamar ustadzah itu. Usai buang air
kecil sebelum kembali ke masjid aku mengajak sabilla menuju balkon Lt-3
DarKhom. Aku menyampaikan apa yang sedari tadi terpendam dalam hati kecilku bahwa
aku merasa takut karena mengapa secara tiba-tiba saja menanyakan namaku seperti
itu. Namun sabilla dengan nada seolah tidak akan terjadi apa-apa meyakinkanku.
Keesokan harinya setelah shalat maghrib aku dan sabilla kembali ke balkon,
tempat yang kemarin malam kita datangi. Kakak kelas yang kemarin duduk
disamping orang yang menanyakan namaku
itu menyapaku. Dan aku hanya bisa
menarik sedikit kedua sisi bibirku untuk memberikan senyuman kepadanya. Tidak
lama kakak kelas tadi melesat kedalam kamar jang terletak tepat disebelah ujung
tangga Lt-3 ini. Aku segera bertanya kepada sabilla apakah dia mengenal siapa
kakak kelas yang barusan menyapa aku itu. Ya, sabilla mengenalnya ternyata
namanya kak pita yang tidak lain merupakan kakak consul-nya sabilla. Tidak lama
setelah itu keluar kaka kelas yang kemarin malam menanyakan namaku itu dari pintu belakang kamar-7 DH-5 ini. ia keluar dengan membawa setrikaan yang hendak ia kipaskan di dekat pintu itu. aku dan sabilla sejenak menghentikan percakapan dan melanjudkannya kembali setelah kaka kelas itu kembali ke dalam kamarnya, disusul dengan suara yang berbunyi “ filzah kamu dapet salam dari putri” terdengar dari kamar yang kita belakangi ini. Aku terkejut karena aku
tidak mengenal bahkan tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya. Aku semakin
takut dan berpikiran bahwa salam itu
adalah salam fuck dari kaka kelas
lagi seperti apa yang pernah akundapatkan sebelumnya. Akupun segera mengajak
sabilla beranjak pergi meninggalkan balkon belakang kamar itu.
Bel istirahat pun berbunyi
menandakan bahwa tidak lama lagi akan dipenuhi para santri yang hendak jajan.
Di jalan menuju kantin tepatnya disebelah masjid, aku disapa oleh kakak kelas
yang kemarin menanyakan namaku dimasjid itu, segera aku menanyakan siapa kaka
kelas tadi kepada teman sebangku ku, yang menemani aku jajan hari ini yang
kebetulan kamarnya di kamar-9Lt-3 DarKhom. Ternyata itu adalah kaka kelas
takhasus, yang bernama Putri Fauziah Ali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar