Minggu, 25 Mei 2014

Who


Who
            Ustadz telah mengucapkan kedua salam, itu pertanda shalat maghrib telah usai. Aku dan sabilla memutuskan untuk tetap berdiam diri di masjid ini menunggu adzan isya’ dikumandangkan. Entah mengapa sel saraf mengirim stimulus ke otakku bahwa kantong kemih ku telah penuh. Aku segerakan mengajak sabilla teman sekamarku di kamar-2 DarKhom kependekan dari Darul hijroh Khomisah untuk menemaniku ke toilet. Namun ia menolaknya, aku dan sabilla saling tarik-menarik dan segera terhenti  seketika suara itu memanggil kearah kita dengan panggilan pink. Pada saat itu aku mengenakan Tholhah berwarna pink, aku hiraukan antara yakin dan tidak semoga bukan aku yang dimaksud oleh suara itu. Dalam hatiku bertanya-tanya siapa suara yang memanggil hingga berulang-ulang,namun aku tidak mengenali suaranya. Itulah sebabnya kita masih membelakangi sumber suara itu. Aku yang masih trauma dengan kaka kelas yang tidak aku kenal melabrakku pada malam sebelumnya. Sabilla pun menegurku untuk segera menoleh kearah sumber suara itu, Dengan raut yang cemas aku paksakan sandi putar di leherku ini untuk nenoleh kebelakang. Aku mendapati dua orang kakak kelas dengan wajah tersenyum kepadaku, ku susul dengan lontaran pertanyaan reflex
“aku kak?”
“iya, nama mu siapa?” ucap kakak kelas yang menyandarkan      ruas tulang belakangnya terhadap salah satu tiang masjid ini.
“filzah kak” jawabku.
“siapa? Filzah? Lanjutnya.
“iya ka” jawabku.
“yaudah makasi ya”ucap kaka kelas itu.
“ya!” tutupku dengan nada flat.

            Aku segerakan langkah kaki ini melesat menuju lorong toilet yang berderet di bangunan darul hijroh lima lebih tepatnya lagi di depan kamar ustadzah DarKhom. Sabilla yang kini masih menantiku buang air kecil duduk di depan kamar ustadzah itu. Usai buang air kecil sebelum kembali ke masjid aku mengajak sabilla menuju balkon Lt-3 DarKhom. Aku menyampaikan apa yang sedari tadi terpendam dalam hati kecilku bahwa aku merasa takut karena mengapa secara tiba-tiba saja menanyakan namaku seperti itu. Namun sabilla dengan nada seolah tidak akan terjadi apa-apa meyakinkanku.
            Keesokan harinya setelah  shalat maghrib aku dan sabilla kembali ke balkon, tempat yang kemarin malam kita datangi. Kakak kelas yang kemarin duduk disamping orang yang menanyakan namaku  itu menyapaku.  Dan aku hanya bisa menarik sedikit kedua sisi bibirku untuk memberikan senyuman kepadanya. Tidak lama kakak kelas tadi melesat kedalam kamar jang terletak tepat disebelah ujung tangga Lt-3 ini. Aku segera bertanya kepada sabilla apakah dia mengenal siapa kakak kelas yang barusan menyapa aku itu. Ya, sabilla mengenalnya ternyata namanya kak pita yang tidak lain merupakan kakak consul-nya sabilla. Tidak lama setelah itu keluar kaka kelas yang kemarin malam menanyakan namaku itu dari pintu belakang kamar-7 DH-5 ini. ia keluar dengan membawa setrikaan yang hendak ia kipaskan di dekat pintu itu. aku dan sabilla sejenak menghentikan percakapan dan melanjudkannya kembali setelah kaka kelas itu kembali ke dalam kamarnya, disusul dengan suara yang berbunyi “ filzah kamu dapet salam dari putri” terdengar dari kamar yang kita belakangi ini. Aku terkejut karena aku tidak mengenal bahkan tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya. Aku semakin takut  dan berpikiran bahwa salam itu adalah salam fuck dari kaka kelas lagi seperti apa yang pernah akundapatkan sebelumnya. Akupun segera mengajak sabilla beranjak pergi meninggalkan balkon belakang kamar itu.
            Bel istirahat pun berbunyi menandakan bahwa tidak lama lagi akan dipenuhi para santri yang hendak jajan. Di jalan menuju kantin tepatnya disebelah masjid, aku disapa oleh kakak kelas yang kemarin menanyakan namaku dimasjid itu, segera aku menanyakan siapa kaka kelas tadi kepada teman sebangku ku, yang menemani aku jajan hari ini yang kebetulan kamarnya di kamar-9Lt-3 DarKhom. Ternyata itu adalah kaka kelas takhasus, yang bernama Putri Fauziah Ali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar