Terlambat
Check-in
Bulan
juni sehabis mengambil SKHUN di kota Solo, tepatnya pada tanggal 10 juni 2013.
Adalah hari keberangkatanku, hari dimana aku harus buru-buru ke bandara
Adisutjipto yang berlokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta itu untuk pulang ke
Bali. Tepatnya keberangkatan pesawatku pada jam 20:45, yaitu jam delapan malam
lewat 45 menit.
Matahari telah
bosan menampakkan wajahnya. Jam telah menunjukkan pukul empat sore. Aku masih
saja belum berangkat karena aku masih mencari teman yang membawa handphone ku entah kemana. Setelah lama
kucari,dan bertemu dengannya. Akupun langsung bergegas mandi dan segera
berkemas-kemas serta menelpon taxi.
Jam telah
bersandar pada pukul lima sore, taxiku
sudah datang, setelah berpamitan akupun buru-buru melesat kedalam taxi itu. Tidak lama kemudian handphone ku berteriak. Ya ibuku yang
menelpon, memastikan apakah aku telah berangkat ke jogja atau belum karena
dikhawatirkan terlambat check-in yang
akan mengakibatkan tiket hangus begitu saja. Tak lupa ibu menanyakan uang ku
tinggal berapa?
Ibu : “kamu lagi
dimana sekarang? Sudah berangkat ke bandara belum?”
Aku : “belum bu, ini
sebentar lagi”
Ibu : “apakah uang mu
masih ada? Cukup tidak untuk bayar AirportTax
nanti?”
Aku : “insyaallah
cukup bu”
Ibuku mengkhawatirkan ku karena pada saat ini
kartu ATM ku sedang terblokir.aku piker uang seratus rupiah ini cukup untuk
sampai ke bandara Ngurah Rai karena biaya untuk AirportTax di bandara adi sutjipto ini hanya senilai Rp.35.000 dan
biaya tiket kereta api dari solo ke jogja senilai Rp. 10.000.
Dalam
perjalanan menuju stasiun, aku singgah ke indomaret terlebih dahulu. Aku
membeli snack karena pesawat dengan maskapai lion air yang aku tumpangi nanti
tidak menyediakan konsumsi untuk para penumpang.tidak lama setelah itu akupun
sampai di stasiun solo balapan tepat disaat adzan maghrib
dikumandangkan.langkah ku langsung menyusuri jalan menuju loket dengan jantung
yang entah kenapa dag dig dug seperti ini, lankahku berhenti seketika melihat
loket yang bertuliskan CLOSE. Akan tetapi ada 2 orang petugas berdiri tepat
disepanku. Tanpa berfikir panjang aku pun segera menanyakan kenapa tidak
seperti biasanya loket tutup jam segini. Petugas itu mengatakan karena tiket
prambanan expres yang sering kita sebut Pramex atau semua tiket ke jogja hari
ini telah habis, terakhir jam 05:30 sore tadi.
Petugas : “ada yang bisa kami bantu dek?”
Aku : “iya pak,
loketnya buka jam berapa lagi pak?”
Petugas : “maaf dek loketnya terakhir buka sore tadi”
Aku : “loh tumben pak
cepak sekali tutup, tidak seperti biasanya”
Petugas : “iya dek karena tiket prambanan expres dan semua tiket
ke jogja hari ini telah habis, terakhir jam 05:30 sore tadi.”
Seketika air mataku pun tak kuasa tertahan
lagi menetes membasahi pipi. Dalam benakku entah harus bagaimana apa yang harus
aku lakukan agar tiket pesawatku tidak hangus sementara check-in ditutup 45
menit sebelum keberangkatan yaitu pada pukul 8 tepat.
Penyesalan pun
menyelimuti ku seharusnya tadi aku dating setengah jam lebih cepat dari pada
ini. Agar bisa bisa mendapatkan tiket yang terakhir. Tiba-tiba saja salah
seorang menghampiriku serta menyarankan aku untuk menaiki taxi ke jogaja.
Sementara itu harga taxi dari solo ke jogja mencapai Rp. 200.000 dengan jarak
tempuh kurang lebih 2jam. Akupun teringat uangku yang saat ini hanya tersisa
Rp. 70.000. kemudian petugas itu buru-buru segera mengantarkan ku ke pangkalan
ojek stasiun solo balapan ini. Pak Grandong menawarkan ku dengan tarif
Rp.100.000 dengan jarak tempuh kurang dari 2jam untuk sampai kebandara Adi Sutjipto.
Sepanjang perjalanan,
aku berfikir bagaimana membayar ongkosnya nanti. Sementara uang ku hanya
tinggal Rp. 70.000 ini, belum lagi bayar AirportTax
Rp. 35.000 . jam etalah menunjaukkan hampir
pukul delapan malam akupun telah sampai di bandara. Usai turun dari ojek
aku bingung apa yang akan ku katakan kepada tokang ojek itu. Akhirnya aku
memberanikan diri memohon kepada pak grandong serta meminta tolong dan
minta maaf dan aku ceritakan yang sejujurnya bahwa saat
ini aku hanya memiliki uang sebesar 70 ribu rupiah dan kartu ATM ku benarbenar
terblokir. Pak grandong bersikeras memaksa ku untuk tetap membayar seratus ribu
rupiah. Namun aku semakin memohon dan berjanji akan membayar sisa kurangnya 50
ribu rupiah 2minggu yang akan datang setelah ini, aku akan kembali lagi kesolo.
Pak grandong : “wes nyampe mbak”
Aku : “iya
pak, ini pak ongkosnya aku cuma bisa bayar Rp. 50.000 ini”
Pak grandong : “lha piye to
mbak kan tadi udah sepakat ongkose Rp. 100.000”
Aku : “maaf banget pak uangku
tinggal Rp. 70.000 doang, aku gak punya duit lagi pak kartu ATM ku keblokir
jdnya gabisa ngambil duit pak’
Pak
grandong : “ra iso no aku meh nganterin
sampeyan jauh-jauh kesini,, buru-buru lagi sak pena’e dewe nang
mbayar Rp. 50.000”
Aku
: ‘yaallah pak aku benner
benner minta maaf pak, bentar lg aku harus check-in kalo ga tiketku bisa hangus
nanti aku gabisa pulang pak, tolong pak aku janji nanti 2minggu lg aku balik
kesolo lg kok mau ngambil SKHUN di pondok ku pak. Kalo bapak gak percaya nanti
bapak dating aja nangih ke aku di pondok ngruki tau kan? Namaku inayatul filzah
pak. Aku minta nomor telpon bapak deh”
Pak
grandong : “yowes tenanan yo”
Dengan rasa penuh ragu dan belas kasih pak
grandong pun akhirnya bisa memaklumi keadaan dan aku boleh membayar 50 ribu
rupiah saja. Huh lega rasanya, namun aku masih bingung dengan uang ku yang saat
ini hanya tersisa 20 ribu rupiah ini. Sementara kan biaya check-in nya senilai
35 ribu rupiah.
Kemudian aku
teringat akan uang kembalian sehabis dari indomaret tadi. Tanpa berfikir
panjang pu aku segera mengorek-ngorek kantong pelastik belanjaan yang dari tadi
berposisi di tangan kiri ku ini. Huh ternyata ada kembalian 9ribu rupiah, akan
tetapi uang ku masih tetap kurang 6 ribu rupiah lagi. Dan aku mencoba
merogoh-rogoh tas ku, aku menemukan uang 4.500 rupiah. Saat ini uang ku masih
kurang 1.500 rupiah lagi untuk bisa check-in.
Saat ini jam
sudah berada pada pukul delapan kurang lima menit. Waw 5 menit lagi tiket
pesawatku akan hangus begitu saja, karena aku tidak bisa check-in dengan uang
33.500 rupiah ini.tiba-tiba saja aku mendapatkan ide untuk menjual snack yang
aku beli di indomaret tadi. Pertama aku menawarkan kepada bapak-bapak yang
tengah bersenderan pada salah satu tiang disini, aku menawarkan senilai 5000
rupiah saja padahal aku belinya 11ribu rupiah loh’’ tak apalah demi hanya untuk
mendapatkan uang 1500 agar bisa check-in.
Setelah
merawarkan kepada bapak-bapak tersebut langsung mengusirku seraya
berkata “gak mau gak mau!!” dengan nada kasar dan tatapan yang acuh kepadaku.
Dalam hati ku bergumam (sabar!! Harus bagaimana lagi aku ini??).
Aku kembali duduk, tidak lama setelah itu
tiba-tiba saja ada seorang lakilaki separuh baya menghampiri ku. Dia bermaksud
meminta tolong kepada ku untuk memfotokan dia bersama keluarganya. Dengan senag
hati akupun mengambilkan foto laki-laki itu bersama keluarganya yang terdiri
dari ayah ibunya serta dua adik perempuannya. Setelah mengambilkan foto
keluarga itu. Ketika ibunya bermaksud untuk mengambil handphone nya kepada ku.
Dengan rasa sedikit ragu, aku mencoba menawarkan snack ku.
Aku : “tante mau beli lays-nya ga? 1500 aja
tante uang ku kurang 1500 untuk check-in”.
Tante :“gak ada uang kecil
Kemudian anak perempuannya langsung seketika
menyodorkan uang 5000 rupiah kepadaku.
Anaknya :“gak usah, laysnya buat kamu aja”.
Hatiku senang
seketika setelah berucap terimakasih yang sangat mendalam kepada keluarga itu.
Aku pun segera melesat ke boarding pass.
Dan ternyata,, aku menjadi orang terakhir dengan nomer kursi terakhir sebelum
check-in ditutup. Huh lega rasanya tiket pesatku tidak jadi hangus. Tidak
terbayang seandainya tadi aku telat satu detik saja. Dan Alhamdulillah juga ada
orang yang memberi uang 5000 rupiah dengan Cuma-Cuma kepadaku.
Sejak kejadian itulah aku baru memahami
ternyata begitu berharganya uang 1500 rupiah, dan didapatkannya pun dengan
penuh susah payah dan penuh perjuangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar